BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu
bangsa. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia,
karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang
partisipasi dan adaptasi sekaligus untuk meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Matematika mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tetapi masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata
pelajaran matematika itu sulit dipahami, menjemukan dan membosankan sehingga
tidak sedikit siswa yang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika. Metode
pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Sampai saat ini masih banyak guru yang terfokus mengajar dengan
menggunakan metode ceramah, sedangkan siswa kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berfikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kepada kemampuan
siswa untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang
diketahui untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga
pemahaman siswa mengenai konsep masih sangat rendah.
Permasalahan proses pembelajaran juga terjadi di SMK Negeri 2 Jiwan.
Salah satu permasalahan dalam pembelajaran yang ditemukan peneliti pada saat
melakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu siswa kurang aktif
dan kurang berminat menerima pelajaran matematika. Ketika guru mengajukan pertanyaan
hanya tampak beberapa siswa yang antusias menjawab. Kebanyakan siswa lebih
memilih diam dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh teman dan guru,
hal ini menyebabkan rendahnya nilai rata-rata ulangan harian matematika siswa
kelas XM2 yang hanya mencapai 61,32. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, diantaranya dengan memberikan banyak
soal latihan, namun usaha ini masih
kurang bisa mengangkat prestasi siswa.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan pemerintah juga berusaha memperbaiki
sitem pendidikan nasional. Peninkatan mutu pendidikan ini ditandai dengan
penyempurnaan pada setiap aspek pendidikan. Salah satu aspek yang sangat
penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )
merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan. KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. Dalam KTSP belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam
membangun makna atau pemahaman terhadap suatu konsep, sehingga dalam proses
pembelajaran peserta didik merupakan sentra kegiatan atau pelaku utama
sedangkan guru hanya menciptakan suasana yang dapat mendorong timbulnya
motivasi belajar para peserta didik.
Model pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik merupakan salah
satu faktor yang penting didalam KTSP. Untuk itu perlu bagi guru untuk terus
mancari dan menerapkan model pembelajaran yang bisa untuk memudahkan siswa
dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa agar lebih aktif sehingga pada
akhirnya prestasi siswa dapat meningkat.
B.
Identifikasi
masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan
masalah, dimana suatu objek dalam situasi tertentu dapat dikenal sebagai suatu
masalah yang akan muncul dari suatu judul penulisan. Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.
Minat belajar matematika siswa masih kurang,
sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika.
2.
Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
3.
Pendekatan yang digunakan selama ini masih belum
mampu mengakomodasi kebutuhan belajar siswa.
4.
Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru
masih terfokus hanya pada model pembelajaran ceramah.
5.
Pencapaian prestasi belajar matematika pada siswa
kelas XM2 SMKN 2 Jiwan masih rendah.
C.
Batasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar penelitian lebih fokus
dan terarah maka penulis memberikan batasan sebagai berikut :
1.
Populasi yang dipilih adalah seluruh siswa kelas
X SMKN 2 Jiwan tahun pelajaran 2011/2012 dan menggunakan subjek siswa kelas XM2
SMKN 2 Jiwan tahun pelajaran 2011/2012.
2.
Penelitian ini diarahkan pada Pengembangan
Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME).
Sedangkan model pembelajaran yang digunakan adalah Student Team
Achievement Divisions
(STAD).
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Apakah Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student
Team Achievement Divisions
(STAD) dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep materi yang
disampaikan ?
2.
Apakah penerapan Lembar Kerja Siswa yang
dikembangkan dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dan
model pembelajaran Student Team Achievement
Divisions (STAD)
dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa ?
3.
Apakah penerapan Lembar Kerja Siswa yang
dikembangkan dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dan
model pembelajaran Student Team Achievement
Divisions (STAD)
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa ?
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan diatas maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui apakah penerapan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan
pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) dan model pembelajaran Student Team Achievement
Divisions (STAD)
dapat meningkatkan keaktifan belajar
matematika siswa.
2.
Untuk mengetahui apakah penerapan Lembar Kerja
Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team
Achievement Divisions
(STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
F.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembelajaran
matematika. Beberapa manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.
Bagi Siswa
Untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran dan membantu agar dapat memahami konsep materi
mata pelajaran matematika secara optimal.
2.
Bagi Guru
Sebagai alternatif
untuk mengembangkan rencana pembelajaran matematika dan masukan dalam upaya
meningkatkan pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa.
3.
Bagi Sekolah
Diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah
4.
Bagi Penulis
Hasil penelitian
ini dapat digunakan sebagai pengalaman yang akhirnya dipergunakan untuk
memperbaiki penulis dalam proses pembelajaran matematika pada masa mendatang dan
bekal mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Kajian
Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap individu melalui interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi berlangsung relatif
lama dan disertai dengan usaha individu sehingga individu tersebut yang tadinya
tidak bisa mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakannya.
Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah
laku disebut hasil belajar. Dengan demikian belajar berkaitan dengan proses
belajar dan hasil belajar. Beberapa pendapat tentang belajar adalah sebagai
berikut :
Menurut Oemar Hamalik (2008:106),
belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata.
Proses itu berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi
modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya.
Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (dalam Aris Setyawan, 2007:1), belajar pada hakikatnya merupakan
proses perubahan didalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan
kepribadian, perubahan itu bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut Jerome Brunner (dalam
Trianto, 2009:15), belajar merupakan suatu proses aktif dimana siswa membangun
(mengonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang
sudah dimilikinya. Dalam pandangan kontruktivisme, “belajar” bukanlah semata-mata
mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada
bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku dan memperoleh suatu
pengetahuan atau menguasai suatu pengetahuan yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil dari pengalaman, mengingat, menguasai, dan mendapatkan informasi
atau menemukan sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2. Prestasi Belajar
Dalam kamus umum
Bahasa Indonesia (1999:787) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai atau yang telah dilakukan atau telah dikerjakan.
Menurut Lanawati
(dalam Reni Akbar, 2006:168) prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik
terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan
instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari
siswa.
Menurut Purwanto
(dalam Ridwan, 2008:27) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang
dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Prestasi belajar
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
proses, sedangkan prestasi adalah suatu bagian dari hasil proses belajar.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai individu, setelah ia melakukan
serangkaian usaha dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada pada suatu
mata pelajaran yang umumnya dapat ditunjukkan melalui nilai tes atau nilai
angka yang diberikan oleh guru.
3. Hakekat Matematika
Matematika
berasal dari bahasa latin mathematica,
yang pada mulanya diambil dari bahasa Yunani, mathematike, yang berarti “relating
to learning” (pembelajaran langsung). Pendefinisian matematika sampai saat
ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui
karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui
hakekat matematika.
Menurut
Nurhadi (2004:203) belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu
pasti berati belajar bernalar, jadi belajar matematika berarti berhubungan
dengan penalaran.
Menurut Herman
Hudojo (2005:36) matematika itu berkenaan dengan gagasan berstruktur yang
hubungan-hubungannya diatur secara logis. Ini berarti matematika bersifat
abstrak yaitu berkenaan dengan konsep-konsep abstrak dan penalaran deduktif.
Menurut Andi
Hakim Nasution (dalam Catur Supatmono, 2009:7) matematika merupakan ilmu
struktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan,
pengukuran dan penggambaran bentuk objek.
Dari
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika adalah ilmu pasti
yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang bersifat deduktif dan
tersusun secara hirarkis. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan
alasan logis.
4. Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a. Pengertian Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Pendekatan
pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Menurut Soewarno
(2006:101) pendekatan pembelajaran adalah cara yang dilakukan untuk
menyelesaikan persoalan pembelajaran secara menyeluruh.
Menurut Hadi
(2008:1) Realistic Mathematic Education
(RME) yang dalam makna Indonesia berarti Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat matematika
merupakan aktivitas insani (human
activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.
Menurut
Freudenthal (dalam Ahmad Fauzan, 2002:7) Realistic
Mathematic Education (RME) adalah suatu pendekatan dimana matematika
dipandang sebagai suatu kegiatan manusia.
Jadi, bisa
disimpulkan bahwa pendekatan RME (Realistic Mathematics Education) adalah suatu
pendekatan yang berhubungan dengan aktivitas manusia dan dihubungkan secara
nyata dengan konteks kehidupan sehari. (http://ironerozanie.wordpress.com/)
b.
Karakteristik
Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut
Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen (dalam Suharta, 2005:2), pembelajaran matematika realistik
mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
1.
Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika
realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa
dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa.
2.
Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam
matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata
maupun model yang mengarah ke tingkat abstrak.
3.
Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau
penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
4.
Menggunakan interaktif, artinya aktivitas proses
pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
5.
Menggunakan keterkaitan, artinya topik-topik
yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang
suatu konsep secara serentak.
c.
Keunggulan
dan Kelemahan Pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME)
Menurut
Gregroria Ariyanti (2008:7) keunggulan Pendekatan Realistic Mathematic Education
(RME) adalah:
1.
Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan
karena menggunakan realitas yang ada disekitar siswa.
2.
Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka
siswa tidak mudah lupa dengan materi.
3.
Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena
setiap jawaban ada nilainya.
4.
Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan berani
mengemukakan pendapat.
5.
Pendidikan budi pekerti, misal : saling
kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara.
Sedangkan
Kelemahan Pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) adalah:
1. Karena
sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan
dalam menemukan sendiri jawabannya.
2.
Membutuhkan waktu yang lama, terutama bagi siswa
yang kemampuan awalnya rendah.
3.
Siswa yang pandai terkadang tidak sabar menanti
temannya yang belum selesai.
4.
Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan
situasi pembelajaran saat itu.
5. Model
Pembelajaran Student Team Achievement
Divisions (STAD)
Pembelajaran STAD yang
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins,
menurut Slavin (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002:113) merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar
beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,
jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam
tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran
tersebut. Kemudian seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan tidak
boleh saling membantu.
Menurut Slavin (dalam Tanwey Gerson
Ratumanan, 2002:79), pembelajaran Student
Team Achievement Divisions (STAD) terdiri dari lima komponen
utama sebagai berikut :
a.
Presentasi
Kelas
Materi dalam STAD disampaikan
pada presentasi kelas. Presentasi ini biasanya menggunakan pembelajaran langsung
atau diskusi yang dipimpin guru. Presentasi kelas dapat pula menggunakan audiovisual.
b.
Kerja
Kelompok
Kelompok dibentuk terdiri dari empat
sampai lima siswa yang memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin, suku
atau ras. Fungsi utamanya adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok
terlibat dalam kegiatan belajar.
c.
Kuis (Tes)
Setelah guru menyajikan materi
dan periode kerja kelompok, siswa diberikan kuis individu. Siswa tidak boleh
saling membantu pada saat kuis.
d.
Skor
Peningkatan Individual
Ide ini dimaksudkan untuk
memberikan setiap siswa tujuan yang dapat diperoleh jika siswa bekerja keras
dan melakukan lebih baik. Siswa dapat memberikan kontribusi poin pada
kelompoknya dalam sistem skor, untuk itu siswa harus bekerja lebih baik.
e.
Penghargaan
Kelompok
Kelompok mendapatkan sertifikat atau
penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu.
Menurut Tatag Yuli Eko Siswono
(2009:8), langkah-langkah pembelajaran model Student Team
Achievement Divisions (STAD) terdiri dari :
a. Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b. Membentuk kelompok yang anggotanya
empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku).
c. Guru menyampaikan pelajaran atau
informasi.
d. Guru memberi tugas pada kelompok untuk
dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
e. Guru memberi kuis atau pertanyaan
kepada seluruh siswa. Pada saat mengerjakan kuis siswa tidak boleh saling
membantu.
f. Guru memberi evaluasi atau penghargaan.
g.
Membuat kesimpulan, rangkuman maupun refleksi.
6. Pengembangan
Lembar Kreja Siswa
Lembar kerja siswa adalah
suatu lembar kerja yang dibuat oleh guru untuk mengarahkan siswa agar menguasai
konsep tertentu agar tujuan pencapaian pengasaan konsep lebih tertanam/ tidak
cepat lupa, karena anak mengkontruksikan sendiri pengetahuannya sehingga
mempermudah pelaksanaan pembelajaran.
LKS dapat berupa
panduan untuk latihan mengembangkan aspek kognitif maupun panduan untuk
mengembangkan semua aspek dalam bentuk panduan eksperinen atau demonstrasi. LKS
membuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai
indikator pencapaian belajar yang harus ditempuh.
Tarigan (dalam
Cicilia, 2007:25) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip terpenting dalam
penyusunan lembar kerja siswa (LKS) adalah sebagai berikut:
a.
Penulis harus membuat setiap latihan sesuai
dengan program instruksional keseluruhan yang perlu dan berguna bagi setiap
kelas/tingkatan.
b.
Penulis sebaiknya menyediakan tipe-tipe latihan
yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa kemudian melengkapi
bahan inti dengan bahan buatan guru untuk mengurangi kebosanan.
c.
Kegiatan dalam LKS merupakan sarana untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d.
Penulis harus berupaya sedapat mungkin agar
siswa pemakai buku kerja (LKS) harus mudah memahami serta menguasai apa,
bagaimana dan mengapa siswa harus melakukan setiap hal yang dikerjakan.
Manfaat yang
diperoleh dari penggunaan LKS adalah :
a.
Kegiatan pembelajaran menjadi lebih mudah.
b.
Kegiatan pembelajaran lebih terarah.
Untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, guru tidak hanya dituntut untuk
memiliki kemampuan menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga dapat
menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran.
Lembar Kerja
Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep
sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan
bantuan LKS akan membuat proses pembelajaran yang berlangsung tidak didominasi
oleh guru, sehingga keaktifan siswa dapat meningkat. Hal ini pada akhirnya akan
membantu peningkatan pencapaian prestasi belajar siswa secara optimal.
B.
Kerangka
Pemikiran
Kebayakan siswa
beranggapan bahwa belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang sangat
membosankan. Siswa cenderung pasif dan jarang sekali yang bertanya pada saat
pembelajaran berlangsung meskipun siswa belum memahami materi yang diajarlan.
Akibatnya, prestasi belajar matematika siswa kurang bagus. Untuk itu guru perlu
menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang baik agar anggapan siswa
terhadap belajar matematika bisa berubah. Oleh karena itu seorang guru harus
bisa menentukan pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan Lembar
Kerja Siswa (LKS) sebagai sarana belajar siswa. Dalam pembelajaran berbantuan
LKS, guru dapat bertindak sebagai mediator sekaligus fasilitator. Dalam hal ini
faktor dominasi guru dalam pembelajaran dapat diminimalisasi.
Lembar Kerja Siswa yang
dikembangkan dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dan
pembelajaran yang menggunakan model Student Team Achievement
Divisions (STAD) diharapkan dapat menunjang
pembelajaran yang bersifat Student
Centered. Karena melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) siswa akan dapat
mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya dan leluasa mengekspresikan jalan
pikiran dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan melalui
model pembelajaran Student Team Achievement
Divisions (STAD) siswa akan dapat bekerja
secara kelompok dan juga lebih siap secara individu.
C.
Hipotesis
Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kemungkinannya. Hipotesis digunakan untuk memberikan dugaan sementara dalam
suatu penelitian.
Berdasarkan kajian pustaka dan
kerangka pemikiran diatas, penulis mengemukakan hipotesis tindakan sebagai
berikut :
“Lembar Kerja Siswa yang
dikembangkan dengan pendekatan Real Mathematic Education (RME) dan metode STAD
dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 2
Jiwan”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat
dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian ini
pada dilakukan di SMK Negeri 2 Jiwan tahun pelajaran 2011/2012. Peneliti
memilih penelitian di SMK Negeri 2 Jiwan dengan alasan :
a.
SMK Negeri 2 Jiwan terletak strategis, yaitu
dekat dengan jalan raya dan mudah dijangkau sehingga memberi kemudahan dalam
proses penelitian.
b.
Siswa kelas SMK Negeri 2 Jiwan cukup heterogen
dalam kemampuan , sehingga diharapkan penelitian ini dapat sesuai dengan tujuan
penelitian.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap penelitian sebagai berikut :
a.
Tahap Perencanaan
Tahap ini meliputi
pengajuan judul, penyusunan proposal, dan pengajuan ijin penelitian. Tahap ini
dilaksanakan bulan Maret 2012.
b.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini
penulis melakukan penelitian dilapangan yang dilaksanakan pada bulan April
2012.
c.
Tahap Penyelesaian
Tahap ini meliputi
proses analisis data dan laporan hasil penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada
bulan Mei sampai Juni 2012.
B.
Subyek
Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan terhadap
siswa kelas X M2 SMK Negeri 2 Jiwan
tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan subyek ini berdasarkan pertimbangan
guru bidang studi matematika bahwa prestasi belajar kelas X M2 masih
rendah dan diharapkan dengan penerapan Lembar Kerja Siswa yang
dikembangkan dengan pendekatan Realistic
Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team
Achievement Divisions
(STAD) prestasi belajar siswa akan meningkat.
Jumlah siswa kelas XM2 ada 37 siswa.
C.
Prosedur
Penelitian
1. Desain
Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Basroni dan Suwandi
(2008:25) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru
praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.
Rencana
pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus
terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi
(Arikunto, 2006:16).
Desain penelitian ini
adalah sebagai berikut :
KESIMPULAN
|
PERENCANAAN
|
SIKLUS I
|
PELAKSANAAN
|
REFLEKSI
|
PENGAMATAN
|
PERENCANAAN
|
SIKLUS
II
|
PELAKSANAAN
|
REFLEKSI
|
PENGAMATAN
|
PERENCANAAN
|
SIKLUS
III
|
PELAKSANAAN
|
REFLEKSI
|
PENGAMATAN
|
2. Tahap-tahap
penelitian
a. Perencanaan
Perencanaan
merupakan langkah menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Tindakan
Yang
dimaksud dengan pelaksanaan dalam hal ini adalah penerapan dari rencana yang
telah disusun sebelumnya.
c. Pengamatan
Kegiatan
pengamatan dilakukan peneliti bersama guru
pada saat proses pelaksanaan tindakan.
d. Refleksi
Refleksi
adalah tahap pengkajian terhadap hasil pengamatan dari rangkaian tindakan yang
telah dilakukan.
3. Indikator
Ketercapaian
Indikator
ketercapaian ini digunakan sebagai acuan untuk memenuhi target yang ingin
dicapai dalam proses belajar dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan.
Hasil analisis indikator yang ingin dicapai ditunjukkan pada tabel berikut ini
:
No
|
Aspek
|
Indikator
Ketercapaian
|
Cara
Mengukur
|
1
|
Keaktifan
siswa di kelas
|
Rata-rata
75%
|
Metode
Observasi
|
2
|
Ketuntasan
belajar siswa
|
≥85
|
Metode
Tes
|
3
|
Prestasi
dalam belajar
|
≥65
|
Metode
Tes
|
4. Siklus
I
a. Tahap
perencanaan
1. Dimulai
dengan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti yaitu melakukan pembahasan mengenai masalah program linier.
2. Peneliti
menyusun dan menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi :
a. Silabus
Silabus merupakan salah satu perangkat
penelitian yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam pembelajaran. Silabus
memuat beberapa hal, diaantaranya : standar kompetensi, kompetensi dasar,
indicator, materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber
pembelajaran serta penilaian hasil belajar.
b. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah perangkat pembelajaran yang
dibuat oleh peneliti setiap kali mengadakan proses pembelajaran. RPP memuat
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam proses belajar-mengajar.
3. Peneliti
menyiapkan alat dan sumber pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa dan buku
teks.
4. Menyusun
format tes yang akan ddigunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
5. Menyusun
angket yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui minat siswa.
b. Tahap
Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Kegiatan
awal dengan membuka salam, berdoa, mengabsen siswa. Kemudian dilanjutkan dengan
apersepsi sebagai upaya mengingat kembali konsep yang telah didapat sebelumya
dan menjelaskan hubungannya dengan konsep yang akan dipelajari. Salah satu
bagian dari apersepsi adalah membahas pekerjaan rumah. Setelah itu guru
memberikan motivasi kepada siswa mengenai
pentingnya materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kegiatan
inti dalam pembelajaran ini dapat dijelaskan secara rrinci sebagai berikut :
a. Dimulai
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
b.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
c.
Siswa dijelaskan tentang masalah
program linier.
d.
Guru memberikan Lembar Kerja Siswa yang telah
dikembangkan kepada siswa untuk didiskusikan dan dikerjakan secara kelompok.
e.
Guru memeriksa dan membimbing siswa yang
mengalami kesulitan.
f.
Tiap kelompok mempresentasikan hasil
pekerjaannya.
g. Guru
menjelaskan kembali jika ada siswa yang
belum jelas tentang materi yang telah disampaikan.
h.
Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
3. Diakhir
pembelajaran siswa dberi tes formatif untuk mengevaluasi keberhasilan siswa
terhadap pemahaman dan penguasaan materi masalah program linear dan ditutup
dengan salam.
c. Tahap
Pengamatan
Pada
saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan yang digunakan untuk
memperoleh bahan penyusunan refleksi. Pada tahap ini yang bertindak sebagai
pengamat adalah guru bidang studi matematika. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengamati siswa dalam proses pembelajaran program linear menggunakan LKS yang
telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran
STAD. Selain itu observasi juga difokuskan pada ketrampilan peneliti yang
bertindak sebagai pengajar dalam memimpin jalannya proses pembelajaran.
d.
Tahap Refleksi
Kegiatan
refleksi ini diawali dengan memeriksa catatan hasil observasi. Semua hasil
pengamatan dan semua hasil tes formatif yang diberikan dievaluasi dan digunakan
sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
5. Siklus
II dan berikutnya
Apabila
pada siklus I belum mencapai indikator ketercapaian maka diadakan siklus II
dengan teknik yang sama dengan siklus I. Selanjutnya apabila pada siklus II
belum mencapai idikator ketercapaian maka diadakan siklus III dengan teknik yang sama
dengan siklus II.
D.
Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tes
Tes
diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus, yang berguna untuk mengetahui
prestasi belajar siswa. Tes ini secara umum dimaksudkan untuk mengetahui
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan LKS yang telah
dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran STAD.
2. Observasi
Observasi
dilakukan dengan mengamati siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar
pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan
pengelolaan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan LKS
yang telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model
pembelajaran STAD.
E.
Instrumen
Penelitian dan Teknik Analisis Data
1.
Instrumen Penilaian
Instrumen
penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada waktu peneliti
melakukan penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Soal
Tes Formatif
Soal
tes formatif dibuat oleh peneliti yang digunakan untuk mengumpulkan data
mengenai prestasi belajar siswa setelah menerapkan proses pembelajaran dengan
menggunakan LKS yang telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan
model pembelajaran STAD. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes
berbentuk soal obyektif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus dengan
jumlah soal setiap siklusnya 5 soal dengan skor maksimal 100.
b. Lembar
Observasi
Lembar
obsevasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan
dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran STAD. Dalam penelitian
ini lembar observasi diisi oleh observer yaitu guru mata pelajaran matematika.
Tabel
3.2 Format Lembar Observasi
No
|
Nama
|
Aspek
yang dinilai
|
Skor
|
|||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
: A : Memperhatikan penjelasan guru
B : Bertaya pada guru
C : Mencatat penjelasan dari guru
D : Mengerjakan tugas yang diberikan guru
Kriteria :
1. Kurang
aktif, yakni sering tidak fokus pada pelajaran, jarang mengajukan pertanyaan
jika menghadapi kesulitan, catatan tidak lengkap serta tidak tuntas dalam
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
2. Cukup
aktif, yakni tampak memperhatikan penjelasan guru, sesekali mengajukan
pertanyaan pada saat menghadapi kesulitan, memiliki catatan namun tidak
lengkap, dan mengerjakan tugas dari guru namun tidak optimal.
3. Aktif,
yakni antusias dalam mengikuti pelajaran, aktif dalam mengajukan pertanyaan
jika menghadapi kesulitan, memiliki catatan yang lengkap serta dapat mengerjakan
tugas dengan baik.
2. Teknik
Analisis Data
Analisis
data dalam penelitian ini ada dua macam sesuai dengan
metode yang digunakan dalam pengumpulan data, yakni:
a.
Data dari hasil test formatif
Untuk mengetahui
adanya peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar matematika siswa, data
yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata kelas hasil tes
formatif pada setiap siklusnya.
Data hasil tes
formatif dianalisis secara deskriptif kuantitatif-kualitatif, dalam hal ini
peneliti akan membandingkan hasil prosentase ketuntasan belajar siswa dengan
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan dalam pelajaran
matematika. Untuk KKM pelajaran matematika kelas X M2 SMKN 2 Jiwan.
Siswa telah disebut tuntas belajar apabila telah mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM), yaitu ³65.
Langkah-langkah
analisis datanya adalah sebagi berikut, (dalam Tatag, 2008:55)
a.
Memeriksa kebenaran kawaban.
b.
Menyusun hasil tersebut dalam tabel dan
memeriksa banyak siswa yang telah mendapatkan nilai lebih dari criteria
ketuntasan minimal (KKM), yaitu 65.
c.
Menetapkan prosentase banyak siswa yang telah
memenuhi KKM
Untuk
mencari nilai siswa digunakan rumus:
Untuk
mencari nilai rata-rata kelas digunakan rumus:
Untuk
menghitung ketuntasan kelas digunakan rumus sebagai berikut:
1. Data
dari hasih observasi
Data hasil observasi dianalisis
dengan memberikan gambaran sesuai saat pelaksanaan tindakan dalam bentuk
kalimat. Data yang diperoleh pada lembar observasi kemudian dihitung
prosentasenya.
Analisis data hasil observasi
dilakukan dengan tahap sebagai berikut (dalam Tatag, 2008:55):
a.
Menyeleksi dan
mengelompokkan data
b.
Mendeskripsikan dan
memaparkan data
c.
Membuat kesimpulan
dalam bentuk pernyataan singkat.
Untuk
mencari prosentase keaktifan siswa digunakan rumus:
F.
Jadwal
Penelitian
Tabel 3.3. Jadwal
Penelitian
No
|
Jenis Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
||
1
|
Pengajuan judul
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pengajuan proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pelaksanaa
penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siklus I
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
d. Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siklus II
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
d. Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Siklus III
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
Observasi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
d. Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Penyusunan laporan penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Herman
Hodojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan
Pengembangan Matematika. Malang. IKIP Malang.
Nurhadi.
2004. Kurikulum 2004. Jakarta.
Grasindo.
Oemar
Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pengajaran.
Jakarta. Bumi Aksara.
Reni Akbar
Hawawi.2005.metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfa Beta.
Tanwey
Gerson Ratumanan.2002.Belajar dan
Pembelajaran.Surabaya:Unesa University Press.
Tatag Yuli
Eko Siswotro.2009.Inovasi Pembelajaran
Melalui Penelitian Tindakan Kelas. IKIP PGRI Madiun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar