Jumat, 18 November 2011

PROPOSAL PTK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi dan adaptasi sekaligus untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Matematika mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi masih banyak siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran matematika itu sulit dipahami, menjemukan dan membosankan sehingga tidak sedikit siswa yang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika. Metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sampai saat ini masih banyak guru yang terfokus mengajar dengan menggunakan metode ceramah, sedangkan siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Proses pembelajaran dikelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diketahui untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga pemahaman siswa mengenai konsep masih sangat rendah.
Permasalahan proses pembelajaran juga terjadi di SMK Negeri 2 Jiwan. Salah satu permasalahan dalam pembelajaran yang ditemukan peneliti pada saat melakukan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu siswa kurang aktif dan kurang berminat menerima pelajaran matematika. Ketika guru mengajukan pertanyaan hanya tampak beberapa siswa yang antusias menjawab. Kebanyakan siswa lebih memilih diam dan hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh teman dan guru, hal ini menyebabkan rendahnya nilai rata-rata ulangan harian matematika siswa kelas XM2 yang hanya mencapai 61,32. Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, diantaranya dengan memberikan banyak soal latihan, namun usaha ini  masih kurang bisa mengangkat prestasi siswa.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan pemerintah juga berusaha memperbaiki sitem pendidikan nasional. Peninkatan mutu pendidikan ini ditandai dengan penyempurnaan pada setiap aspek pendidikan. Salah satu aspek yang sangat penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum.  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dalam KTSP belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna atau pemahaman terhadap suatu konsep, sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik merupakan sentra kegiatan atau pelaku utama sedangkan guru hanya menciptakan suasana yang dapat mendorong timbulnya motivasi belajar para peserta didik.
Model pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik merupakan salah satu faktor yang penting didalam KTSP. Untuk itu perlu bagi guru untuk terus mancari dan menerapkan model pembelajaran yang bisa untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran dan memotivasi siswa agar lebih aktif sehingga pada akhirnya prestasi siswa dapat meningkat.
B.     Identifikasi masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah, dimana suatu objek dalam situasi tertentu dapat dikenal sebagai suatu masalah yang akan muncul dari suatu judul penulisan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.      Minat belajar matematika siswa masih kurang, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika.
2.      Pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
3.      Pendekatan yang digunakan selama ini masih belum mampu mengakomodasi kebutuhan belajar siswa.
4.      Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih terfokus hanya pada model pembelajaran ceramah.
5.      Pencapaian prestasi belajar matematika pada siswa kelas XM2 SMKN 2 Jiwan masih rendah.

C.    Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, agar penelitian lebih fokus dan terarah maka penulis memberikan batasan sebagai berikut :
1.      Populasi yang dipilih adalah seluruh siswa kelas X SMKN 2 Jiwan tahun pelajaran 2011/2012 dan menggunakan subjek siswa kelas XM2 SMKN 2 Jiwan tahun pelajaran 2011/2012.
2.      Penelitian ini diarahkan pada Pengembangan Lembar Kerja Siswa dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Sedangkan model pembelajaran yang digunakan adalah Student Team Achievement Divisions (STAD).
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep materi yang disampaikan ?
2.      Apakah penerapan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa ?
3.      Apakah penerapan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa ?
E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.       Untuk mengetahui apakah penerapan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat  meningkatkan keaktifan belajar matematika siswa.
2.      Untuk mengetahui apakah penerapan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

F.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembelajaran matematika. Beberapa manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.      Bagi Siswa
Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran dan membantu agar dapat memahami konsep materi mata pelajaran matematika secara optimal.
2.      Bagi Guru
Sebagai alternatif untuk mengembangkan rencana pembelajaran matematika dan masukan dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa.
3.      Bagi Sekolah
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah
4.      Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman yang akhirnya dipergunakan untuk memperbaiki penulis dalam proses pembelajaran matematika pada masa mendatang dan bekal mengadakan penelitian lebih lanjut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.    Kajian Pustaka
1.      Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada setiap individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku yang terjadi berlangsung relatif lama dan disertai dengan usaha individu sehingga individu tersebut yang tadinya tidak bisa mengerjakan sesuatu menjadi bisa mengerjakannya.
Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku disebut hasil belajar. Dengan demikian belajar berkaitan dengan proses belajar dan hasil belajar. Beberapa pendapat tentang belajar adalah sebagai berikut :
Menurut Oemar Hamalik (2008:106), belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (dalam Aris Setyawan, 2007:1), belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan didalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepribadian, perubahan itu bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
Menurut Jerome Brunner (dalam Trianto, 2009:15), belajar merupakan suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan kontruktivisme, “belajar” bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku dan memperoleh suatu pengetahuan atau menguasai suatu pengetahuan yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman, mengingat, menguasai, dan mendapatkan informasi atau menemukan sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2.      Prestasi Belajar
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia (1999:787) yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau yang telah dilakukan atau telah dikerjakan.
Menurut Lanawati (dalam Reni Akbar, 2006:168) prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari siswa.
Menurut Purwanto (dalam Ridwan, 2008:27) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi adalah suatu bagian dari hasil proses belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai individu, setelah ia melakukan serangkaian usaha dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan pada pada suatu mata pelajaran yang umumnya dapat ditunjukkan melalui nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru.
3.      Hakekat Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin mathematica, yang pada mulanya diambil dari bahasa Yunani, mathematike, yang berarti “relating to learning” (pembelajaran langsung). Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami melalui hakekat matematika.
Menurut Nurhadi (2004:203) belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti berati belajar bernalar, jadi belajar matematika berarti berhubungan dengan penalaran.
Menurut Herman Hudojo (2005:36) matematika itu berkenaan dengan gagasan berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis. Ini berarti matematika bersifat abstrak yaitu berkenaan dengan konsep-konsep abstrak dan penalaran deduktif.
Menurut Andi Hakim Nasution (dalam Catur Supatmono, 2009:7) matematika merupakan ilmu struktur, urutan (order), dan hubungan yang meliputi dasar-dasar perhitungan, pengukuran dan penggambaran bentuk objek.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika adalah ilmu pasti yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang bersifat deduktif dan tersusun secara hirarkis. Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis.
4.      Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
a.      Pengertian Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Pendekatan pembelajaran adalah jalan atau arah yang ditempuh oleh guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dilihat bagaimana materi itu disajikan. Menurut Soewarno (2006:101) pendekatan pembelajaran adalah cara yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan pembelajaran secara menyeluruh.
Menurut Hadi (2008:1) Realistic Mathematic Education (RME) yang dalam makna Indonesia berarti Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang berpendapat matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realitas.
Menurut Freudenthal (dalam Ahmad Fauzan, 2002:7) Realistic Mathematic Education (RME) adalah suatu pendekatan dimana matematika dipandang sebagai suatu kegiatan manusia.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa pendekatan RME (Realistic Mathematics Education) adalah suatu pendekatan yang berhubungan dengan aktivitas manusia dan dihubungkan secara nyata dengan konteks kehidupan sehari. (http://ironerozanie.wordpress.com/)
b.      Karakteristik Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut Treffers dan Van den Heuvel-Panhuizen (dalam Suharta, 2005:2), pembelajaran matematika realistik mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut:
1.      Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika realistik lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai bagian materi belajar yang kontekstual bagi siswa.
2.      Menggunakan model, artinya permasalahan atau ide dalam matematika dapat dinyatakan dalam bentuk model, baik model dari situasi nyata maupun model yang mengarah ke tingkat abstrak.
3.      Menggunakan kontribusi siswa, artinya pemecahan masalah atau penemuan konsep didasarkan pada sumbangan gagasan siswa.
4.      Menggunakan interaktif, artinya aktivitas proses pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan lingkungan dan sebagainya.
5.      Menggunakan keterkaitan, artinya topik-topik yang berbeda dapat diintegrasikan sehingga dapat memunculkan pemahaman tentang suatu konsep secara serentak.
c.       Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)
Menurut Gregroria Ariyanti (2008:7) keunggulan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah:
1.         Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas yang ada disekitar siswa.
2.         Siswa membangun sendiri pengetahuannya maka siswa tidak mudah lupa dengan materi.
3.         Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban ada nilainya.
4.         Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan berani mengemukakan pendapat.
5.         Pendidikan budi pekerti, misal : saling kerjasama dan menghormati teman yang sedang berbicara.
Sedangkan Kelemahan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah:
1.    Karena sudah terbiasa diberi informasi terlebih dahulu maka siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya.
2.    Membutuhkan waktu yang lama, terutama bagi siswa yang kemampuan awalnya rendah.
3.    Siswa yang pandai terkadang tidak sabar menanti temannya yang belum selesai.
4.    Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
5.      Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)
Pembelajaran STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins, menurut Slavin (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002:113) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dan tidak boleh saling membantu.
Menurut Slavin (dalam Tanwey Gerson Ratumanan, 2002:79), pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) terdiri dari lima komponen utama sebagai berikut :
a.       Presentasi Kelas
Materi dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas. Presentasi ini biasanya menggunakan pembelajaran langsung atau diskusi yang dipimpin guru. Presentasi kelas dapat pula menggunakan audiovisual.
b.      Kerja Kelompok
Kelompok dibentuk terdiri dari empat sampai lima siswa yang memperhatikan perbedaan kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras. Fungsi utamanya adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar.
c.       Kuis (Tes)
Setelah guru menyajikan materi dan periode kerja kelompok, siswa diberikan kuis individu. Siswa tidak boleh saling membantu pada saat kuis.
d.      Skor Peningkatan Individual
Ide ini dimaksudkan untuk memberikan setiap siswa tujuan yang dapat diperoleh jika siswa bekerja keras dan melakukan lebih baik. Siswa dapat memberikan kontribusi poin pada kelompoknya dalam sistem skor, untuk itu siswa harus bekerja lebih baik.
e.       Penghargaan Kelompok
Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu.
Menurut Tatag Yuli Eko Siswono (2009:8), langkah-langkah pembelajaran model Student Team Achievement Divisions (STAD)  terdiri dari :
a.       Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
b.      Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku).
c.       Guru menyampaikan pelajaran atau informasi.
d.      Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.
e.       Guru memberi kuis atau pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat mengerjakan kuis siswa tidak boleh saling membantu.
f.       Guru memberi evaluasi atau penghargaan.
g.      Membuat kesimpulan, rangkuman maupun refleksi.
6.      Pengembangan Lembar Kreja Siswa
Lembar kerja siswa adalah suatu lembar kerja yang dibuat oleh guru untuk mengarahkan siswa agar menguasai konsep tertentu agar tujuan pencapaian pengasaan konsep lebih tertanam/ tidak cepat lupa, karena anak mengkontruksikan sendiri pengetahuannya sehingga mempermudah pelaksanaan pembelajaran.
LKS dapat berupa panduan untuk latihan mengembangkan aspek kognitif maupun panduan untuk mengembangkan semua aspek dalam bentuk panduan eksperinen atau demonstrasi. LKS membuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian belajar yang harus ditempuh.
Tarigan (dalam Cicilia, 2007:25) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip terpenting dalam penyusunan lembar kerja siswa (LKS) adalah sebagai berikut:
a.       Penulis harus membuat setiap latihan sesuai dengan program instruksional keseluruhan yang perlu dan berguna bagi setiap kelas/tingkatan.
b.      Penulis sebaiknya menyediakan tipe-tipe latihan yang beraneka ragam sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa kemudian melengkapi bahan inti dengan bahan buatan guru untuk mengurangi kebosanan.
c.       Kegiatan dalam LKS merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d.      Penulis harus berupaya sedapat mungkin agar siswa pemakai buku kerja (LKS) harus mudah memahami serta menguasai apa, bagaimana dan mengapa siswa harus melakukan setiap hal yang dikerjakan.
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan LKS adalah :
a.       Kegiatan pembelajaran menjadi lebih mudah.
b.      Kegiatan pembelajaran lebih terarah.
Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, guru tidak hanya dituntut untuk memiliki kemampuan menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran.
Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep sebagai usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan bantuan LKS akan membuat proses pembelajaran yang berlangsung tidak didominasi oleh guru, sehingga keaktifan siswa dapat meningkat. Hal ini pada akhirnya akan membantu peningkatan pencapaian prestasi belajar siswa secara optimal.
B.     Kerangka Pemikiran
Kebayakan siswa beranggapan bahwa belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang sangat membosankan. Siswa cenderung pasif dan jarang sekali yang bertanya pada saat pembelajaran berlangsung meskipun siswa belum memahami materi yang diajarlan. Akibatnya, prestasi belajar matematika siswa kurang bagus. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi pembelajaran matematika yang baik agar anggapan siswa terhadap belajar matematika bisa berubah. Oleh karena itu seorang guru harus bisa menentukan pendekatan dan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai sarana belajar siswa. Dalam pembelajaran berbantuan LKS, guru dapat bertindak sebagai mediator sekaligus fasilitator. Dalam hal ini faktor dominasi guru dalam pembelajaran dapat diminimalisasi.
Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)  dan pembelajaran yang menggunakan model Student Team Achievement Divisions (STAD) diharapkan dapat menunjang pembelajaran yang bersifat Student Centered. Karena melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) siswa akan dapat mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya dan leluasa mengekspresikan jalan pikiran dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Sedangkan melalui model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) siswa akan dapat bekerja secara kelompok dan juga lebih siap secara individu.
C.    Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kemungkinannya. Hipotesis digunakan untuk memberikan dugaan sementara dalam suatu penelitian.
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pemikiran diatas, penulis mengemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut :
“Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Real Mathematic Education (RME) dan metode STAD dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMK Negeri 2 Jiwan”.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini pada dilakukan di SMK Negeri 2 Jiwan tahun pelajaran 2011/2012. Peneliti memilih penelitian di SMK Negeri 2 Jiwan dengan alasan :
a.       SMK Negeri 2 Jiwan terletak strategis, yaitu dekat dengan jalan raya dan mudah dijangkau sehingga memberi kemudahan dalam proses penelitian.
b.      Siswa kelas SMK Negeri 2 Jiwan cukup heterogen dalam kemampuan , sehingga diharapkan penelitian ini dapat sesuai dengan tujuan penelitian.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahap penelitian sebagai berikut :
a.       Tahap Perencanaan
Tahap ini meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, dan pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan bulan Maret 2012.
b.      Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melakukan penelitian dilapangan yang dilaksanakan pada bulan April 2012.
c.       Tahap Penyelesaian
Tahap ini meliputi proses analisis data dan laporan hasil penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012.

B.     Subyek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan terhadap siswa kelas X M2 SMK Negeri 2 Jiwan  tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan subyek ini berdasarkan pertimbangan guru bidang studi matematika bahwa prestasi belajar kelas X M2 masih rendah dan diharapkan dengan penerapan Lembar Kerja Siswa yang dikembangkan dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) dan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) prestasi belajar siswa akan meningkat. Jumlah siswa kelas XM2 ada 37 siswa.

C.    Prosedur Penelitian
1.      Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Basroni dan Suwandi (2008:25) bahwa penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.
Rencana pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Arikunto, 2006:16).
Desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

KESIMPULAN
PERENCANAAN
SIKLUS I
PELAKSANAAN
REFLEKSI
PENGAMATAN
PERENCANAAN
SIKLUS II
PELAKSANAAN
REFLEKSI
PENGAMATAN
PERENCANAAN
SIKLUS III
PELAKSANAAN
REFLEKSI
PENGAMATAN

2.      Tahap-tahap penelitian
a.       Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.

b.      Pelaksanaan Tindakan
Yang dimaksud dengan pelaksanaan dalam hal ini adalah penerapan dari rencana yang telah disusun sebelumnya.
c.       Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan peneliti bersama guru  pada saat proses pelaksanaan tindakan.
d.      Refleksi
Refleksi adalah tahap pengkajian terhadap hasil pengamatan dari rangkaian tindakan yang telah dilakukan.
3.      Indikator Ketercapaian
Indikator ketercapaian ini digunakan sebagai acuan untuk memenuhi target yang ingin dicapai dalam proses belajar dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan. Hasil analisis indikator yang ingin dicapai ditunjukkan pada tabel berikut ini :
No
Aspek
Indikator Ketercapaian
Cara Mengukur
1
Keaktifan siswa di kelas
Rata-rata 75%
Metode Observasi
2
Ketuntasan belajar siswa
≥85
Metode Tes
3
Prestasi dalam belajar
≥65
Metode Tes

4.      Siklus I
a.       Tahap perencanaan
1.      Dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang akan diteliti yaitu melakukan pembahasan  mengenai masalah program linier.
2.      Peneliti menyusun dan menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi :
a.       Silabus
Silabus merupakan salah satu perangkat penelitian yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam pembelajaran. Silabus memuat beberapa hal, diaantaranya : standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pembelajaran serta penilaian hasil belajar.
b.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP adalah perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peneliti setiap kali mengadakan proses pembelajaran. RPP memuat kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam proses belajar-mengajar.
3.      Peneliti menyiapkan alat dan sumber pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa dan buku teks.
4.      Menyusun format tes yang akan ddigunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa.
5.      Menyusun angket yang digunakan sebagai alat untuk mengetahui    minat siswa.

b.      Tahap Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Kegiatan awal dengan membuka salam, berdoa, mengabsen siswa. Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi sebagai upaya mengingat kembali konsep yang telah didapat sebelumya dan menjelaskan hubungannya dengan konsep yang akan dipelajari. Salah satu bagian dari apersepsi adalah membahas pekerjaan rumah. Setelah itu guru memberikan motivasi kepada siswa mengenai  pentingnya materi yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Kegiatan inti dalam pembelajaran ini dapat dijelaskan secara rrinci sebagai berikut :
a.      Dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
b.      Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
c.      Siswa dijelaskan tentang masalah program linier.
d.     Guru memberikan Lembar Kerja Siswa yang telah dikembangkan kepada siswa untuk didiskusikan dan dikerjakan secara kelompok.
e.      Guru memeriksa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
f.       Tiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
g.      Guru menjelaskan kembali jika ada  siswa yang belum jelas tentang materi yang telah disampaikan.
h.      Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
3.      Diakhir pembelajaran siswa dberi tes formatif untuk mengevaluasi keberhasilan siswa terhadap pemahaman dan penguasaan materi masalah program linear dan ditutup dengan salam.
c.       Tahap Pengamatan
Pada saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan yang digunakan untuk memperoleh bahan penyusunan refleksi. Pada tahap ini yang bertindak sebagai pengamat adalah guru bidang studi matematika. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengamati siswa dalam proses pembelajaran program linear menggunakan LKS yang telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran STAD. Selain itu observasi juga difokuskan pada ketrampilan peneliti yang bertindak sebagai pengajar dalam memimpin jalannya proses pembelajaran.
d.      Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi ini diawali dengan memeriksa catatan hasil observasi. Semua hasil pengamatan dan semua hasil tes formatif yang diberikan dievaluasi dan digunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
5.      Siklus II dan berikutnya
Apabila pada siklus I belum mencapai indikator ketercapaian maka diadakan siklus II dengan teknik yang sama dengan siklus I. Selanjutnya apabila pada siklus II belum mencapai idikator ketercapaian maka  diadakan siklus III dengan teknik yang sama dengan siklus II.
D.    Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Tes
Tes diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus, yang berguna untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Tes ini secara umum dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan LKS yang telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran STAD.
2.      Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang dapat memperlihatkan pengelolaan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran STAD.
E.     Instrumen Penelitian dan Teknik Analisis Data
1.      Instrumen Penilaian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada waktu peneliti melakukan penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Soal Tes Formatif
Soal tes formatif dibuat oleh peneliti yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa setelah menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran STAD. Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes berbentuk soal obyektif yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus dengan jumlah soal setiap siklusnya 5 soal dengan skor maksimal 100.
b.      Lembar Observasi
Lembar obsevasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan LKS yang telah dikembangkan dengan pendekatan RME dan menggunakan model pembelajaran STAD. Dalam penelitian ini lembar observasi diisi oleh observer yaitu guru mata pelajaran matematika.


Tabel 3.2 Format Lembar Observasi
No
Nama
Aspek yang dinilai
Skor
A
B
C
D
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3































Keterangan :    A : Memperhatikan penjelasan guru
     B : Bertaya pada guru
     C : Mencatat penjelasan dari guru
     D : Mengerjakan tugas yang diberikan guru
Kriteria :
1.      Kurang aktif, yakni sering tidak fokus pada pelajaran, jarang mengajukan pertanyaan jika menghadapi kesulitan, catatan tidak lengkap serta tidak tuntas dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
2.      Cukup aktif, yakni tampak memperhatikan penjelasan guru, sesekali mengajukan pertanyaan pada saat menghadapi kesulitan, memiliki catatan namun tidak lengkap, dan mengerjakan tugas dari guru namun tidak optimal.
3.      Aktif, yakni antusias dalam mengikuti pelajaran, aktif dalam mengajukan pertanyaan jika menghadapi kesulitan, memiliki catatan yang lengkap serta dapat mengerjakan tugas dengan baik.

2.      Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini ada dua macam sesuai dengan metode yang digunakan dalam pengumpulan data, yakni:
a.       Data dari hasil test formatif
Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar matematika siswa, data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan nilai rata-rata kelas hasil tes formatif pada setiap siklusnya.
Data hasil tes formatif dianalisis secara deskriptif kuantitatif-kualitatif, dalam hal ini peneliti akan membandingkan hasil prosentase ketuntasan belajar siswa dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan dalam pelajaran matematika. Untuk KKM pelajaran matematika kelas X M2 SMKN 2 Jiwan. Siswa telah disebut tuntas belajar apabila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu ³65.
Langkah-langkah analisis datanya adalah sebagi berikut, (dalam Tatag, 2008:55)
a.         Memeriksa kebenaran kawaban.
b.        Menyusun hasil tersebut dalam tabel dan memeriksa banyak siswa yang telah mendapatkan nilai lebih dari criteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 65.
c.         Menetapkan prosentase banyak siswa yang telah memenuhi KKM

Untuk mencari nilai siswa digunakan rumus:
Untuk mencari nilai rata-rata kelas digunakan rumus:
Untuk menghitung ketuntasan kelas digunakan rumus sebagai berikut:
1.      Data dari hasih observasi
Data hasil observasi dianalisis dengan memberikan gambaran sesuai saat pelaksanaan tindakan dalam bentuk kalimat. Data yang diperoleh pada lembar observasi kemudian dihitung prosentasenya.
Analisis data hasil observasi dilakukan dengan tahap sebagai berikut (dalam Tatag, 2008:55):
a.         Menyeleksi dan mengelompokkan data
b.         Mendeskripsikan dan memaparkan data
c.         Membuat kesimpulan dalam bentuk pernyataan singkat.
Untuk mencari prosentase keaktifan siswa digunakan rumus:


F.     Jadwal Penelitian
Tabel 3.3. Jadwal Penelitian
No
Jenis Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
Juni
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
1
Pengajuan judul














2
Pengajuan proposal














3
Pelaksanaa penelitian














Siklus I














a.   Perencanaan














b.   Pelaksanaan














c.   Observasi














d.  Refleksi














Siklus II














a.   Perencanaan














b.   Pelaksanaan














c.   Observasi














d.  Refleksi














Siklus III














a.   Perencanaan














b.   Pelaksanaan














c.   Observasi














d.  Refleksi














4
Penyusunan laporan penelitian
















DAFTAR PUSTAKA

Herman Hodojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pengembangan Matematika. Malang. IKIP Malang.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta. Grasindo.
Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
Reni Akbar Hawawi.2005.metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfa Beta.
Tanwey Gerson Ratumanan.2002.Belajar dan Pembelajaran.Surabaya:Unesa University Press.
Tatag Yuli Eko Siswotro.2009.Inovasi Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas. IKIP PGRI Madiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar